Matius 5:13-14

Garam dan Terang

Garam dan Terang

Kotbah di bukit merupakan bagian awal dari pelayanan Tuhan Yesus kepada orang banyak. Sebelum bagian tersebut, terdapat peristiwa ketika Tuhan Yesus memilih para murid-Nya dan juga pada akhir kitab para murid diberi mandat oleh Tuhan Yesus untuk menjadikan seluruh bangsa murid-Nya. ‘Dipanggil’ dan ‘pemanggilan ulang’ para murid ini menjadi satu motif yang penting dalam kitab Matius. Sehingga apa saja yang dilakukan oleh Yesus seperti dilakukan hanya dengan para murid-Nya. Hal ini mengimplikasikan bahwa apa saja yang diangkat, diwartakan, dan dilakukan oleh Yesus seharusnya juga dialami dan dinyatakan oleh Gereja.

Khotbah di bukit menjadi suatu tanda bahwa ada kerajaan baru yang sedang masuk serta menginvasi kerajaan lama. Warta tersebut menandai permulaaan dari suatu era baru dimana Yesus mengajar orang banyak, menyembuhkan orang sakit serta melakukan mujizat, dan mengalami penyiksaan dan dihukum mati sebagai akibat dari tindakan konfrontasi terhadap para penguasa. Ajaran Tuhan Yesus memang bukan ajaran baru yang sebelumnya tidak didapati di dalam ajaran manapun, melainkan Yesus menghadirkan apa yang sudah ada di dalam Perjanjian Lama. Hal ini bertujuan untuk menyadarkan para murid dan orang banyak saat itu bahwa apa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama sekarang sedang digenapi oleh Yesus. Salah satu bukti penggenapan itu adalah dalam Matius 11:4-5 dimana orang-orang dengan penyakit tertentu disembuhkan oleh Yesus. Perlu dipahami bahwa bukan karena Yesus tidak bisa menyembuhkan segala penyakit, tetapi karena tindakan-Nya tersebut merupakan tugas mesianik seperti yang tertulis dalam Perjanjian Lama, apalagi Tuhan Yesus memang bukanlah seorang tabib keliling. Tuhan Yesus melakukan semuanya itu untuk menghadirkan Kerajaan Sorga yang sebenarnya sudah ada dan sudah dikonstruksikan di dalam Perjanjian Lama. Sehingga dalam pelayanan Yesus, kita mendapati Dia melakukan mujizat, penyembuhan, pengajaran, dan tindakan-tindakan yang tertentu saja.

Jika suatu kerajaan baru yang sedang menginvasi kerajaan lama yang masih ingin bertahan dengan sistem lamanya maka akan bermunculan banyak konfrontasi, dan banyak ketidakcocokan. Demikian pula yang terjadi antara Kerajaan Sorga dengan kerajaan dunia ini. Kerajaan Sorga dan kerajaan dunia merupakan dua kerajaan yang berbeda, dan sistem mereka pun tidak saling cocok satu sama lain. Tuhan Yesus, murid-murid, dan Gereja, merupakan orang-orang yang dibentuk hanya cocok dengan sistem Kerajaan Sorga, dan bekerja hanya untuk Kerajaan Sorga. Orang-orang jenis ini tidak akan cocok dengan cara kerja kerajaan dunia, dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, ketika Kerajaan Sorga yang dihadirkan oleh Yesus datang maka orang-orang yang belum ditebus hidupnya tidak akan bisa cocok dengan kehidupan dalam Kerajaan Sorga.

Lalu bagaimana kita bisa tahu bawah kita dibentuk cocok untuk ada di dalam Kerajaan Sorga?

Caranya adalah dengan mengetahui cara kita menentukan suatu kewajaran atau kebiasaan. Ketika pandangan hidup kita adalah hidup untuk melakukan kehendak Allah maka segala tindakan akan disebut wajar jika memenuhi kehendak Allah. Kewajaran seperti ini hanya terdapat dalam sistem Kerajaan Sorga yang dihadirkan oleh Tuhan Yesus. Sehingga kebiasaan hidup yang dulu dilakukan tidak akan dapat dilakukan lagi di dalam kerajaan yang baru ini. Kewajaran atau kebiasaan yang dibawa oleh Yesus, salah satunya disampaikan melalui pengajaran-Nya tentang peran garam dan terang bagi dunia.

Garam

Kejahatan dan ketidakadilan mengakibatkan dunia ini semakin membusuk. Tuhan Yesus mengajarkan agar setiap anak-anak Allah menjadi garam yang memiliki fungsi bukan untuk menjadi hambar. Anak-anak Allah dipanggil untuk memiliki dan menjalankan fungsi garam, yaitu mencegah dunia ini dari kebusukan lebih parah. Tidak hanya mencegah dari kebusukan, tetapi anak-anak Allah juga dipanggil untuk melakukan fungsi selanjutnya yaitu memberikan rasa. Bagi manusia yang hidup dalam kejahatan dan ketidakadilan, kehidupan mereka akan terasa pahit. Salah satu kepahitan yang membuat kita terheran di situasi pandemi saat ini adalah adanya re-seller yang sengaja menimbun masker kesehatan dan menjualnya kembali dengan harga hingga 10x lipat meskipun alat tersebut sangat dibutuhkan oleh paramedis. Maka peran sebagai garam akan mengajar kita untuk melakukan tindakan yang mendatangkan rasa manis bagi kehidupan yang pahit. Sehingga pada akhirnya, orang-orang tersebut akan memandang bahwa hidup di dunia ini masih manis dan mereka akan memuji Allah karena perbuatan-Nya melalui kita.

Terang

Injil Yohanes pasal 7 mengambil latar belakang hari Raya Pondok Daun. Pada hari raya tersebut terdapat satu perayaan yang disebut Illumination of The Temple dimana masyarakat Yahudi menyalakan empat lilin besar yang masing-masing menggunakan minyak sebanyak 65 liter. Terang yang dihasilkan oleh keempat lilin ini mengingatkan mereka pada dua hal penting dalam Perjanjian Lama, yaitu ‘tiang api’ di padang gurun dalam kisah Musa dan kemuliaan Allah yang menutupi Bait Suci. Saat perayaan ini Yesus mengatakan “Akulah terang dunia (Yohanes 8:12)” di depan orang banyak termasuk orang Farisi. Maka tentu saja pernyataan ini sangat sulit diterima bahkan ditentang oleh orang Yahudi, karena Yesus sama artinya sedang mengatakan bahwa seluruh tradisi dan ritual orang-orang Yahudi selama berabad-abad hanya sebuah bayang-bayang dari diri-Nya dan Dia adalah penggenapan dari semua konstruksi Kerajaan Sorga dalam Perjanjian Lama.

Apalagi Yesus juga mengatakan dalam Injil Matius “kamu adalah terang dunia.” Pernyataan ini adalah sesuatu hal yang tidak mungkin dan tidak dapat diterima oleh orang banyak saat itu. Anak-anak Allah dapat menjadi terang dunia. Bagaimana hal ini mungkin? Karena ketika Kerajaan Sorga datang maka terjadi revolusi. Revolusi selalu membawa perubahan besar yaitu apa yang dikira dulu tidak mungkin sekarang menjadi mungkin. Dunia berubah karena revolusi industri dan revolusi-revolusi lainnya. Bahkan kita yang hidup di zaman ini tidak dapat membayangkan dengan tepat kehidupan pada zaman sebelum revolusi industri. Ketika kita adalah anak-anak Allah yang hidup sesuai dengan sistem Kerajaan Sorga yang dibawa Yesus maka kehidupan sebagai terang dunia adalah sesuatu hal yang mungkin terjadi karena terang Allah ada dalam diri kita.

Kita dapat bertanya secara serius kepada diri sendiri: apakah saya selama ini hidup untuk mencegah pembusukan atau kerusakan yang lebih parah dari dunia ini? Yesus dengan jelas mengatakan bahwa tidak ada gunanya suatu keberadaan garam yang tidak dapat mencegah pembusukan dan tidak memberikan rasa bagi dunia. Demikian pula keberadaan terang bukanlah untuk sumber terang itu sendiri melainkan bagi orang seisi rumah. Peringatan Yesus ini sangat keras bagi orang-orang Kristen. Mungkin kita akan mencari-cari alasan dan secara sembarangan dengan mengatakan bahwa Tuhan itu melihat hati tidak melihat luarnya. Sehingga kita berpendapat bahwa yang terlihat luar seperti tidak benar-benar terlihat nyata. Hal ini tidak benar. Kita memang diperbaharui dari dalam hati, tetapi sama seperti apa yang Amsal katakan bahwa apa yang ada dalam hati itu akan memancar keluar dengan nyata terlihat.

Anak-anak Allah adalah orang-orang yang dipanggil untuk sungguh-sungguh tulus hati melakukan apa yang baik bukan hanya sekedar sebagai tabib keliling atau melakukan mujizat spektakuler. Demikian pula anak-anak Allah akan menjalankan kehendak Tuhan dengan menjadikan kehidupan dunia ini terasa manis. Seperti garam yang berfungsi mengawetkan maka demikian anak-anak Allah mencegah dunia ini dari kebusukan yang lebih parah. Lalu mereka membuat dunia ini terang di tengah dunia yang kejam dan tidak adil. Misi untuk menyelamatkan dunia seperti ini, biasanya diberikan kepada orang-orang yang kuat seperti dalam film Avengers yang berkisah tentang sekelompok orang berkemampuan super kuat. Tetapi berbeda bagi Tuhan. Tuhan memberikan misi ini kepada orang-orang yang miskin, lemah, tertindas, murah hati, suci, dan murni hatinya seperti yang diberitakan dalam sabda bahagia. Justru orang-orang seperti ini akan menjadi sarana untuk mencegah dunia ini dari kebusukan dan kengerian dunia yang jahat. Kiranya kita boleh menjadi bagian dari anak-anak Allah yang menjalankan kehendak-Nya ini. Terpujilah Tuhan!